Junda Yanti

Junda Yanti

Junda adalah seorang penulis dan copywriter berpengalaman 5 tahun. Ia memiliki minat yang besar dalam dunia kepenulisan, SEO, dan berbagai bidang lainnya. Junda percaya bahwa dengan berbagi pengetahuan, kita dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Ikuti dia di LinkedIn
Home » Blog » SEO » Thin Content: Apa Itu dan Bagaimana Cara Menghindarinya?

Thin Content: Apa Itu dan Bagaimana Cara Menghindarinya?

Thin Content

Daftar Isi

Thin content, atau konten tipis, menjadi hal yang harus Anda hindari apabila ingin mengoptimasi website agar ranking di Google. Sebab, konten tipis tersebut akan menghambat penerapan strategi SEO pada website Anda karena kualitas konten yang kurang memadai.

Konten tipis juga sering disalahartikan sebagai konten yang hanya mengandung sedikit kata serta kalimat. Namun, konten dengan jumlah kata yang banyak pun bisa dianggap sebagai konten tipis. Lantas, bagaimana cara melihatnya?

Jangan lewatkan informasi menarik dalam artikel ini agar Anda juga paham cara menghindari konten tipis pada website!

Apa itu Thin Content?

Thin Content adalah konten dengan isi yang tidak memiliki manfaat maupun value untuk pengguna.

Baik itu konten dengan jumlah kata ribuan maupun hanya ratusan, bila kandungan di dalamnya tidak memberi nilai tambah yang signifikan bagi pengguna maka konten tersebut bisa disebut sebagai konten tipis.

Algoritma Google menghindari thin content yang kurang bernilai tersebut. Sebab sejatinya Google hanya ingin memberikan yang terbaik bagi penggunanya.

Jika Google tidak selektif dan tetap menerima konten yang tipis, maka tingkat kepuasan pengguna pun akan menurun dan merugikan Google.

Ingin membuat konten atau artikel Anda menjadi yang pertama dimata Google? Baca artikel berikut ini untuk mencapainnya “Artikel SEO Friendly: Rahasia Membuat Konten Berperingkat”.

Jadi, jangan heran apabila konten yang masuk dalam kategori thin tidak akan muncul pada halaman pertama Google. 

Lalu, bagaimana mendeteksi bahwa konten Anda termasuk dalam kategori konten yang thin atau tidak? Ketahui ciri-ciri dari konten tipis berikut ini!

Ciri atau Contoh Thin Content

Setelah memahami sekilas tentang konten tipis, Anda sebaiknya simak ciri-ciri konten tipis di bawah ini agar website Anda bebas dari tipe konten tersebut dan tetap bisa optimasi peringkat di halaman pencarian.

  •  Isi Konten Kurang Mendalam

Konten dengan isi kurang membahas sebuah topik yang menjadi tema konten bisa dikategorikan sebagai konten tipis. Lebih jelasnya, isi konten tidak membahas dengan jelas aspek yang terdapat pada keyword atau kata kunci konten tersebut.

Jadi, isi konten hanya membahas secara singkat saja sehingga belum memberikan nilai berarti bagi yang membacanya. Anda perlu mengingat bahwa konten dibuat untuk menjawab pertanyaan dari pengguna, maka dari itu isi konten harus relevan dan berkualitas.

ciri konten berkualitas

  • Konten Mengandung Unsur Duplikasi

Salah satu ciri-ciri thin content berikutnya adalah konten yang menduplikasi konten lain secara persis tanpa faktor pembeda, atau bisa disebut plagiat dan copas (copy-paste). 

Contoh konten dengan unsur duplikasi mulai dari konten dengan isi hasil copas konten lain yang memiliki keyword serta topik serupa, hingga konten hasil terjemahan dari bahasa asing tanpa parafrase terlebih dahulu.

  • Konten AGC (Automatically Generated Content)

Contoh konten tipis yang satu ini dibuat secara terprogram dan otomatis. Umumnya, konten AGC ditujukan agar produksi konten lebih hemat waktu dan biaya. 

Karakter dari konten ini cenderung kaku, kurang nyaman dibaca, hingga susunan antar kata dan kalimat tidak koheren atau pun kohesif. Jadi, konten tergolong dalam kategori thin content karena kurang bermanfaat untuk pengguna.

  • Terlalu Banyak Iklan

Salah satu kategori konten yang bernilai adalah mudah dibaca. Ketika konten terlalu berlebihan dalam menampilkan iklan, seperti pop-up hingga Call To Action, maka konten jadi sulit untuk dibaca karena terhalang iklan tersebut.

Pada akhirnya, pengguna pun tidak bisa mengakses dan mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Konten akan dianggap sebagai spam, serta meningkatkan bounce rate pada halaman website tersebut yang tentu saja menurunkan performa website di mata Google.

Selain iklan, penggunaan affiliate link yang kurang relevan dengan pembahasan konten juga menjadi ciri dari thin content.

  • Menggunakan Doorway Page

Doorway page merupakan halaman suatu web yang sengaja dibuat untuk memanipulasi proses indeks search engine. Jadi, halaman yang muncul pada hasil pencarian berbeda dengan halaman yang dikunjungi pengguna.

Lebih jelasnya, terdapat konten dengan keyword maupun key phrase yang serupa dan cukup banyak, lalu ditampilkan di depan halaman asli yang menjadi tujuan sebenarnya ketika pengguna mengklik konten tersebut.

Teknik ini menerapkan cloaking serta termasuk praktik black hat SEO, sehingga berlawanan dengan standar algoritma Google.

  • Klasifikasi Kategori Konten yang Buruk

Website memiliki pengaturan klasifikasi kategori untuk memudahkan pengunjung melihat perencanaan konten. 

Ketika klasifikasi kategori tersebut tidak terstruktur, misalnya kategori asal serta terdapat ratusan tag, maka Google akan melihat website Anda sebagai situs yang kurang berkualitas.

Dampaknya juga pada URL website yang berakhir jadi kompleks dan tidak teratur.

Dampak thin content

Tips untuk Menghindari Thin Content

Untuk membuat website Anda bebas dari keberadaan konten tipis, Anda dapat melakukan beberapa upaya yang terangkum dalam tips-tips berikut:

  • Membaca Konten Lampau

Anda bisa kembali ke konten-konten yang telah terbit pada website, lalu baca kembali konten tersebut menggunakan kaca mata pengguna. Jadi, Anda bisa tahu apakah isi konten sudah menjawab tujuan dari pertanyaan yang diajukan pengguna pada mesin pencari.

Bila ternyata belum menjawab pertanyaan, Anda dapat melakukan enrichment pada konten tersebut dengan cara melengkapi isi pembahasan.  

  • Site Auditing

Anda bisa mengaudit website dengan alat SEO seperti Semrush serta Ahrefs. Faktor yang harus Anda cek dan audit mulai dari error, lalu warning, hingga notice. Kemudian, perbaikan bisa Anda lakukan sesuai saran dari alat SEO yang Anda gunakan.

  • Mengecek Keyword

Optimasi kata kunci yang berlebihan hingga berakhir stuffing atau pun menjadi praktik black hat SEO bisa Anda hindari dengan pemeriksaan kata kunci yang komprehensif. 

Kemudian, terapkan strategi keyword yang memadai pula agar tidak menjadi konten duplikasi sebagai salah satu contoh thin content.

Bila ternyata terdapat dua konten yang terlalu mirip, maka Anda pun bisa menulis ulang, atau parafrase, konten tersebut agar unsur duplikasinya berkurang dan hilang.

  • Mengecek URL

Cara lain menghindari duplikasi thin content adalah adalah dengan mengecek URL konten. Harapannya, Anda bisa mengidentifikasi halaman dengan kemiripan yang tinggi. 

Anda pun bisa membaca konten tersebut untuk melihat apakah terdapat kemiripan pada pembahasan artikelnya.

Demikian pembahasan mengenai thin content, ciri-ciri, serta tips untuk menghindarinya. Anda juga bisa memesan jasa artikel SEO dari IndonesianWriter untuk memastikan konten pada website Anda sesuai kaidah SEO.

Tersedia Paket Premium yang sudah mencakup analisis konten duplikat, lalu riset topik dan keyword, hingga pemetaan keyword, sehingga konten terjamin ramah algoritma Google dan tidak masuk kategori thin content

jasa penulis artikel

Jangan Lupa Share Artikel Ini ke Sosial Media Ya!

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp
Reddit
Ingin membuat website bisnis yang profesional dan responsif?
Order sekarang dan dapatkan harga spesial!​

Subscribe Sekarang

Dapatkan secara langsung berbagai macam artikel tentang content writing, SEO dan digital marketing melalui email Anda. Subscribe sekarang dan nikmati konten kreatif kami!

Baca Juga Artikel Lainnya :

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


id_IDIndonesian